Rabu, 08 Agustus 2012

TUMOR OTAK


ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR OTAK


Pendahuluan
Otak dapat dipengaruhi berbagai macam tumor. Pasien yang mengalami tumor tersebut akan mengalami gejala-gejala dan defisit neurologi yang tergantung histologi, tipe, lokasi dan cara pertumbuhan dari pada tumor. Diagnosa awal dari tumor sangat penting sekali untuk mencegah kerusakan neurologis secara permanent. Peranan perawat sangat penting sekali dalam merawat pasien dan keluarganya hal ini disebabkan karena banyak sekali kemungkinan masalah-masalah fisik, psikologis dan sosial yang akan dihadapi.

Etiologi
Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang menunjukan bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe tumor-tumor tertentu. Agent tersebut meliptu faktor herediter, kongenital, virus, toksin, dan defisiensi immunologi. Ada juga yang mengatakan bahwa tumor otak dapat terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan penyakit peradangan. (Fagan Dubin, 1979; Larson, 1980; Adams dan Maurice, 1977; Merrit, 1979). Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga dapat terjadi. Karsinoma metastase lebih sering menuju ke otak dari pada sarkoma. Lokasi utama dari tumor otak metastase berasal dari paru-paru dan payudara.

Patofisiologi
Tumor intracranial primer atau neoplasma adalah suatu peningkatan sel-sel intrinsik dari jaringan otak dan kelenjar pituitari dan pineal.

Tumor sekunder/metastase merupakan penyebab tumor intracranial, kebanyakan merupakan metastase dari tumor paru-paru dan payudara.

Prognosis untuk pasien dengan tumor intra cranial tergantung pada diagnosa awal dan penanganannya, sebab pertumbuhan tumor akan menekan pada pusat vital dan menyebabkan kerusakan serta kematian otak. Meskipun setengah dari seluruh tumor adalah jinak, dapat juga menyebabkan kematian bila menekan pusat vital.

Gejala-gejala dari tumor intra cranial akibat efk lokal dam umum dari tumor. Efek lokal berupa infiltrasi, invasi an pengrusakan jaringan otak pada bagian tertentu. Ada juga yang langsung menekan pada struktur saraf, menyebabkan degenerasi dan gangguan sirkulasi lokal.

Edema dapat berkembang dan terjadi peningkatan takanan intracranial (TIK). Peningkatan TIK akan dipindahkan melalui otak dan sistem ventrikel. Dapat juga terjadi sistem ventrikel ditekan dan diganti sehingga menyebabkan obstruksi sebagian vebtrikel. Papilledema akibat dari efek umum dari peningkatan TIK, kematian biasanya akibat dari kompressi otak tengah akibat herniasi.


Tipe Tumor Intracranial
1.      Glioma terdiri dari :
·         Glioblastoma multiforme
·         Astrocytoma
·         Ependymoma
·         Medulloblastoma
·         Oligodendrocytoma

2.      Meningioma
3.      Pituitary Adenoma
4.      Neurinoma
5.      Metastatic Carcinoma
6.      Craniophryngioma, Dermoid, Epidermoid, Teratoma
7.      Angiomas
8.      Sarcomas
9.      Unclassified (mostly gliomas)
10.  Miscellaous (Pinealoma, Chordoma, Granuloma)

Jumlah total :

20 %
10 %
  6 %
  4 %
   5 %

15 %
  7 %
  7 %
  6 %
  4 %
  4 %
  4 %
  5 %
  3 %

100 %

Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik  umum (akibat dari peningkatan TIK, obstruksi dari CSF)
·         Sakit kepala
·         Nausea atau muntah proyektil
·         Pusing
·         Perubahan mental
·         Kejang

Manifestasi klinik lokal (akibat kompresi tumor pada bagian yang spesifik dari otak)
1.      Perubahan penglihatan, misalnya: hemianopsia, nystagmus, diplopia, kebutaan, tanda-tanda papil edema.
2.      Perubahan bicara, msalnya: aphasia
3.      Perubahan sensorik, misalnya: hilangnya sensasi nyeri, halusinasi sensorik.
4.      Perubahan motorik, misalnya: ataksia, jatuh, kelemahan, dan paralisis.
5.      Perubahan bowel atau bladder, misalnya: inkontinensia, retensia urin, dan konstipasi.
6.      Perubahan dalam pendengaran, misalnya : tinnitus, deafness.
7.      Perubahan dalam seksual
8.      Tanda-tanda dan gejala-gejala spesifik lesi dari masing-masing lobus dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Pengkajian
Data Subyektif
1.      Pemahaman pasien tentang penyakitnya
2.      Perubahan dalam individu atau pertimbangan
3.      Adanya ketidakmampuan sensasi ( parathesia atau anasthesia)
4.      Masalah penglihatan (hilangnya ketajaman atau diplopia)
5.      Mengeluh bau yang tidak biasanya (sering tumor otak pada lobus temporale)
6.      Adanya sakit kepala
7.      Ketidakmampaun dalam aktifitas sehari-hari.

Data Obyektif
1.      Kekuatan pergerakan
2.      Berjalan
3.      Tingkat kewaspadaan dan kesadaran
4.      Orientasi
5.      Pupil : ukuran, kesamaan, dan reaksi
6.      Tanda-tanda vital
7.      Pemeriksaan funduscopy untuk mengetahui papilaedema
8.      Adanya kejang
9.      Ketidaknormalan berbicara
10.  Ketidaknormalan saraf-saraf kranial
11.  Gejala-gejala peningkatan tekanan intracranial

Diagnosa keperawatan
1.      Kecemasan
2.      Perubahan dalam rasa nyaman : nyeri
3.      Gangguan komunikasi verbal
4.      Bersedih Kurangnya pengetahuan
5.      Gangguan mobilitas fisik
6.      Perubahan persepsi sensorik : auditary, visual, kinestetik, gustatory, tactile.
7.      Gangguan proses berpikir
8.      Gangguan perfusi jaringan cerebral

Perencanaan dan pelaksanaan
Tujuan pasien yang diharapkan :
1.      Pasien dapat melakukan aktifitas sehari-hari semaksimal mungkin
2.      Pasien dapat menjelaskan terapi spesifik dan tujuan yang diharapkan.
3.      Pasien dapat menjelaskan tanda-tanda dan gejala-gejala yang perlu dilaporkan kepada dokter.
4.      Pasien dapat menjelaskan obat-obat yang didapat, meliputi : dosis, efek samping, efek yang diharapkan, cara pemberian dan waktunya.
5.      Pasien dapat menjelaskan tentang perawatan kulit dan hubungannya dengan radiasi.
6.      Pasien dapat menjelaskan rencana untuk perawatan tindak lanjut.
7.      Pasien dapat menjelaskan dan memperlihatkan latihan yang telah ditetapkan.
8.      Pasien dapat menjelaskan tentang bagaimana mendapat dukungan masyarakat.
9.      Pasien dapat menjelaskan tentang perawatan pre operasi dan pasca operasi.
10.  Pasien dapat mengungkapkan ketakutan-ketakutan mengenai hubungannya dengan diagnosa.

Pelaksanaannya
Metode umum untuk penatalaksanaan tumor otak meliputi :
·         Pembedahan
·         Radioterapi
·         Chemoterapi

Pemilihan terapi ditentukan dengan tipe dan letak dari tumor. Suatu kombinasi metode sering dilakukan.

Pembedahan
Pembedahan intracranial biasanya dilakukan untuk seluruh tipe kondisi patologi dari otak untuk mengurangi ICP dan mengangkat tumor.
Pembedahan ini dilakukan melalui pembukaan tengkorak, yang disebut dengan Craniotomy.

Perawatan pre operasi pada pasien yang dilakukan pembedahan intra cranial adalah :
a)      Mengkaji keadaan neurologi dan psikologi pasien
b)      Memberi dukungan pasien dan keluarga untuk mengurangi perasaan-perasaan takut yang dialami.
c)      Memberitahu prosedur tindakan yang akan dilakukan untuk meyakinkan pasien dan mengurangi perasaan takut.
d)     Menyiapkan lokasi pembedahan, yaitu: kepala dengan menggunakan shampo antiseptik dan mencukur daerah kepala.
e)      Menyiapkan keluarga untuk penampilan pasien yang dilakukan pembedahan, meliputi :
·         Baluatan kepala
·         Edema dan ecchymosis yang biasanya terjadi dimuka
·         Menurunnya status mental sementara

Perawatan post operasi, meliputi :
a)      Mengkaji status neurologi dan tanda-tanda vital setiap 30 menit untuk 4 - 6 jam pertama setelah pembedahan dan kemudian setiap jam. Jika kondisi stabil pada 24 jam frekuensi pemeriksaan dapat diturunkan setiap 2 samapai 4 jam sekali.
b)      Monitor adanya cardiac arrhytmia pada pembedahan fossa posterior akibat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
c)      Monitor intake dan output cairan pasien. Batasi intake cairan sekitar 1.500 cc / hari.
d)     Lakukan latihan ROM untuk semua ekstremitas setiap pergantian dinas.
e)      Pasien dapat dibantu untuk alih posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam.
f)       Posisi kepala dapat ditinggikan 30 -35 derajat untuk meningkatkan aliran balik dari kepala. Hindari fleksi posisi panggul dan leher.
g)      Cek sesering mungkin balutan kepala dan drainage cairan yang keluar.
h)      Lakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin, seperti : pemeriksaan darah lengkap, serum elektroit dan osmolaritas, PT, PTT, analisa gas darah.
i)        Memberikan obat-obatan sebagaimana program, misalnya : antikonvulsi,antasida, atau antihistamin reseptor, kortikosteroid.
j)        Melakukan tindakan pencegahan terhadap komplikasi post operasi.




Hydrocephalus
Biasanya suatu kateter diletakan pada suatu ventrikel dari otak untuk mengalirkan cairan spinal yang berlebihan dan untuk mencegah hydrocephalus dan penigkatan TIK.

Hydrocephalus dapat juga terjadi secara permanen pada tumor intracranial dan biasanya dimanifestasikan dengan gejala-gejala peningkatan TIK. Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan “Shunting”

Ada beberapa tipe dari prosedur shunnting, hal ini dapat dinamakan menurut asal dan akhir pada shunt tersebut dipasang. Diantaranya adalah :
·         Cyst - peritoneal
·         Lumbar - Peritoneal
·         Ventrikuler - Jugular
·         Ventrikuler - Peritoneal

Perawatan post opeasi pada pasien dengan shunt adalah :

Monitoring
·         Mengkaji status neurologis sesering mungkin untuk beberpa penurunan dalam status mental.
·         Observasi adanya gejala-gejala subdural hematoma, yang merupakan salah satu efek sampaing pembedahan.
·         Monitor gejala-gejala aliran yang berlebihan, sebagaimana dirasakan dengan sakit kepala, khususnya pada saat pasien duduk lebih tinggi atau berdiri.
·         Mengkaji derajat dan karakter dari drainage.

Mempertahankan status gastrointestinal
·         Mengecek sesering mungkin untuk tanda-tanda dari paralisis ileus, karena manipulasi usus besar dapat terjadi akibat diletakkan shunt pada bagian peritoneal.
·         Pasien dipuasakan untuk hari pertama dan kemudian dpaat diberikan air putih secara bertahap.
·         Pemberian makanan dapat dimulai segera setelah bising usus ada, dimana pasien mulai makan cair.

Pertahankan rasa nyaman
·         Memberikan obat-obatan untuk mengurangi rasa nyeri
·         Memperhatikan agar tidak tertekan daerah insisi.

Meningkatkan pergerakan
·         Pergantian posisi  dapat dilakukan.
·         Meningkatkan bagian kepala temapat tidur secara perlahan-lahan pada saat mobilisasi
·         Pasien dapat dianjurkan untuk ambulasi segera setelah penurunan tekanan intracranial.





Komplikasi post operasi
1.      Edema cerebral
2.      Perdarahan subdural, epidural, dan intracerebral
3.      Hypovolemik syok
4.      Hydrocephalus
5.      Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (SIADH atau Diabetes Insipidus)
6.      Infeksi luka operasi.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

·         Ignatavicius D Donna, Medical Surgical Nursing, WB. Saunders Company, Philadelphia, 1991
·         Long C. Barbara, Essential of Medical Surgical Nursing, CV. Mosby Company, St. Louis, 1985
·         Vogt Gordon. Manual of Neurological Care, CV. Mosby Company, St Louis, 1985

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK MALIGNA  DI RUANG THT
RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

I.         Pengertian
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
Gangguan telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa  (Soepardi, 1998).
II.     Penyebab
A        Streptococcus.
A        Stapilococcus.
A        Diplococcus pneumonie.
A        Hemopilus influens.


Otitis Media

  Otitis media supuratif                                                        Otitis media non Supuratif
                                                                                                    (Otitis media serosa)


 
  Otitis media akut (OMA)                                                  Otitis media serosa akut
                       
                         (lebih 2 bulan)
  Otitis media supuratip kronis                                        Otitis media serosa kronis
              (OMSK)                                                                              (Glue ear)



Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)


I.         Pengertian
Infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah  (Syamsuhidajat, 1997).

II.     Patofisiologi

O M S K

                                           Maligna                                                          Benigna

  Degeneratif                                                                Metaplastik






 
A        Terdapat perforasi pada marginal/atik.          < Terlihat kolesteatom pada telinga
A        Granulasi di liang telinga luar yang                    tengah (di epitimpanum).
      berasal dari dalam telinga tengah.                   <  Sekret berbentuk nanah dan   
A        Polip                                                                    berbau khas (aroma kolesteatiom)








 


  Otore = pus pada MAE
         (kental/busuk)
Gangguan berkomunikasi                                                            Cemas
 
 Pendengaran menurun


 



 Perubahan persepsi / sensori

                                                
III.  Pemeriksaan :
a.      Anamnesis
Keluhan utama dapat berupa :
1.      Gangguan pendengaran/pekak.
Bila ada keluhan gangguan pendengaran, perlu ditanyakan :
A        Apakah keluhan tsb. pada satu telinga atau kedua telinga, timbul tiba-tiba atau bertambah secara bertahap dan sudah berapa lamanya.
A        Apakah ada riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik atau pemekaian obat ototoksik sebelumnya.
A        Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit infeksi virus seperti parotitis, influensa berat dan meningitis.


A        Apakah gangguan pendengaran ini diderita sejak bayi , atau pada tempat yang bising atau pada tenpat yang tenang.
2.      Suara berdenging/berdengung (tinitus)
A        Keluhan telinga berbunyi dapat berupa suara berdengung atau berdenging yang dirasakan di kepala atau di telinga, pada satu sisi atau kedua telinga.
A        Apakah tinitus ini menyertai gangguan pendengaran.
3.      Rasa pusing yang berputar (vertigo).
Dapat sebagai keluhan gangguan keseimbangan dan rasa ingin jatuh.
A        Apakah keluhan ini timbul pada posisi kepala tertentu dan berkurang bila pasien berbaring dan timbul lagi bila bangun dnegan gerakan cepat.
A        Apakah keluhan vertigo ini disertai mual, muntah, rasa penuh di telinga dan telinga berdenging yang mungkin kelainannya terdapat di labirin atau disertai keluhan neurologis seperti disentri, gangguan penglihatan yang mungkin letak kelainannya di sentral. Kadang-kadang keluhan vertigo akan timbul bila ada kekakuan pergerakan otot-oto leher. Penyakit DM, hipertensi, arteriosklerosis, penyakit jantung, anemia, kanker, sifilis, dapat menimbulkan keluhan vertigo dan tinitus.
4.      Rasa nyeri di dalam telinga (Otalgia)
A        Apakah pada telinga kiri/kanan dan sudah berapa lama.
A        Nyeri alihan ke telinga dapat berasal dari rasa nyeri gigi, sendi mulut, tonsil, atau tulang servikal karena telinga di sarafi oleh saraf sensoris yang berasal dari organ-organ tersebut.
5.      Keluar cairan dari telinga (otore)
A        Apakah sekret keluar dari satu atau kedua telinga, disertai rasa sakit atau tidak dan sudah berapa lama.
A        Sekret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan sekret yang banyak dan bersifat mukoid umumnya berasal dari teklinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya kolesteatom. Bila bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat atau tumor. Bila cairan yang keluar seperti air jernih harus waspada adanya cairan liquor serebrospinal.
b.      Tes audiometrik.
Merupakan pemeriksaan fungsi untuk mengetahui sensitivitas (mampu mendengar suara) dan perbedaan kata-kata (kemampuan membedakan bunyi kata-kata), dilaksanakan dnegan bantuan audiometrik.

Tujuan :
1.      Menentukan apakah seseorang tidak mendengar.
2.      Untuk mengetahui tingkatan kehilangan pendengaran.
3.      Tingkat kemampuan menangkap pembicaraan.
4.      Mengethaui sumber penyebab gangguan pada telinga media (gangguan konduktif) dari telinga tengah (sistem neurologi).
Pendengaran dapat didintifikasikan pada saat nol desibel naik sebelum seseorang mendengar suara frekuensi yang spesifik. Bunyi pada tik nol terdengar oleh orang yang pendengarannya normal. Sampai ke-20 db dianggap dalam tingakt normal.

IV.   Terapi OMSK
Tidak jarang memerlukan waktu lama serta harus berulang-ulang. Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain di sebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu :
1.   Adanya  perforasi membran timpani yang permanen sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar.
2.   Terdapat sumber infeksi di laring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal.
3.   Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid.
4.   Gizi dan higiene yang kurang.
Prinsip terapi OMSK tipe maligna adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi, bila terdapat OMSK tipe maligna maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan.
Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi (sederhana atau radikal).
Tujuan operasi ini untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki. Kerugian operasi ini adalah  pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya. Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol supaya tidak terjadi infeksi kembali. Pendengaran berkurang sekali sehingga dapat menghambat pendidikan atau karier pasien.

Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi serta membuat meatal-plasty yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi, yaitu meatus luar liang telinga menjadi lebar.

iV. Tindakan Pembedahan
Timpanoplasti dengan pendekatan Ganda (Combined Approach Tympanoplasty)
Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK tipe maligna atau OMSK tipe benigna dnegan jaringan granulasi yang luas. Tujuan opeasi ini untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik matoidektomi radikal (tampa meruntuhkan dinding posterior liang telinga.
Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani di kerjakan melalui 2 jalan  (combined approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Tehnik operasi ini pada OMSK tipe maligna belum disepakati oleh para ahli karena sering terjadi kambuhnya kolesteatoma kembali.


B.  Fokus Pengkajian :
Data Subyektif :
Tanda-tanda dan gejala utama infeksi ekstrena dan media adalah neyeri serta hilangnya pendengaran. Data harus disertai pernyataan mengenai mulai serangan, lamanya, tingakt nyerinya. Rasa nyeri timbul karena adanya tekanan kepada kulit dinding saluran yang sangat sensitif dan kepada membran timpani oleh cairan getah radang yang terbentuk didalam telinga tengah. Saluran eksterna yang penuh dan cairan di telinga tengah mengganggu lewatnya gelombang suara, hal ini menyebabkan pendengaran berkurang.
Penderita dengan infeksi telinga perlu ditanya apakah ia mengerti tentang cara pencegahannya.

Data Obyektif :
Telinga eksterna dilihat apakah ada cairan yang keluar dan bila ada harus diterangkan. Palpasi pada telinga luar menimbulkan nyeri pada otitis eksterna dan media.
Pengkajian dari saluran luar dan gedang telinga (membran timpani). Gendang telinga sangat penting dalam pengkajian telinga, karena merupakan jendela untuk melihat proses penyakit pada telinga tengah. Membran timpani yang normal memperlihatkan warna yang sangat jelas, terlihat ke abu-abuan. Terletak pada membran atau terlihat batas-batasnya. Untuk visulaisasi telinga luar dan gendang telinga harus digunakan otoskop.
Bagian yang masuk ke telinga disebut speculum (corong) dan dengan ini gendang telinga dapat terlihat, untuk pengkajian yang lebih cermat perlu dipakai kaca pembesar. Otoskop dipakai oleh orang yang terlatih, termasuk para perawat.


C.  Diagnosa Keperawatan
1.   Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
Tujuan :  Gangguan komunikasi berkurang / hilang.
Kriteria hasil :
T  Klien akan memakai alat bantu dengar (jika sesuai).
T  Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan, bahasa lambang, berbicara dengan jelas pada telinga yang baik.

Intervensi Keperawatan :
1.      Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan catat pada rencana perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti :
T  Tulisan
T  Berbicara
T  Bahasa isyarat.
2.      Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.
a.      Jika ia dapat mendegar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan dengan jelas langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada berbicara dengan keras).
T  Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan pintu.
T  Dekati klien dari sisi telinga yang baik.
b.      Jika klien dapat membaca ucapan :
T  Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.
T  Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak dapat membaca bibi anda.
c.      Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.
T  Minimalkan percakapan  jika klien kelelahan atau gunakan komunikasi tertulis.
T  Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.

d.      Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah. Alamatkan semua komunikasi pada klien, tidak kepada penerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri yang langsung berbicara kepada klien dnegan mengabaikan keberadaan penerjemah.
3.      Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman.
T  Bicara dengan jelas, menghadap individu.
T  Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.
T  Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
T  Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban lebih dari ya dan tidak.

Rasional :
1.      Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan klien.
2.      Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima dengan baik oleh klien.
3.      Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan klien dapat berjalan dnegan baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara tepat.

2.    Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dnegan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.
Tujuan :   Persepsi / sensoris baik.
Kriteria hasil.
T  Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaran samapi pada tingkat fungsional.

Intervensi Keperawatan :
1.      Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat.
2.      Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman sehingga dapat mencegah terjadinya ketulian lebih jauh.
3.      Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
4.      Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).

Rasional :
1.      Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan/ketulian, pemakaian serta perawatannya yang tepat.
2.      Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi.
3.      Diagnosa dini terhadap keadaan  telinga atau terhadap masalah-masalah  pendengaran rusak secara permanen.
4.      Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan organisme sisa berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut.

3.    Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi.
Tujuan :  Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
T  Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
T  Respon klien tampak tersenyum.

Intervensi  Keperawatan :
1.      Jujur kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.
2.      Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang dialami klien untuk memberikan dukungan kepada klien.
3.      Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat membantu klien.

Rasional :
1.      Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.
2.      Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan,  justru malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat.
3.      Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang paling tepat untuk kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan tingkat keterampilannya sehingga dapat mengurangi rasa cemas dan frustasinya.

4.      Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat membantu klien.
5.      Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang dapat mendukung dia untuk berkomunikasi.

DAFTAR    PUSTAKA


Dunna, D.I. Et al. 1995. Medical  Surgical Nursing ; A Nursing Process Approach 2 nd Edition : WB Sauders.

Makalah Kuliah THT. Tidak  dipublikasikan

Rothrock, C. J. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC : Jakarta.

Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.

Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. 1998. Buku Ajar Ilmu penyakit THT. FKUI : Jakarta.