Asuhan
keperawatan pasien dengan intoksikasi
Baygon Di IRD
RSU
Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Oleh:
Tenri Tappu, S.Kep
NIM : C 120 06 280
Program
Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
INTOKSIKASI INSEKTISIDA
0leh : Tenri Tappu
- Pengertian.
Intoksikasi
atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang
menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Istilah peptisida pada umumnya dipakai untuk semua bahan yang
dipakai manusia untuk membasmi hama
yang merugikan manusia.Termasuk peptisida ini adalah insektisida. Ada 2 macam insektisuda
yang paling benyak digunakan dalam pertanian :
1.
Insektisida hidrokarbon khorin
( IHK=Chlorinated Hydrocarbon )
2.
Isektida fosfat organic ( IFO
=Organo Phosphatase insectisida )
Yang paling sering digunakan
adalah IFO yang pemakaiannya terus
menerus meningkat. Sifat dari IFO adalah insektisida poten yang paling banyak
digunakan dalam pertanian dengan toksisitas yang tinggi. Salah satu derivatnya
adalah Tabun dan Sarin. Bahan ini dapat
menembusi kulit yang normal (intact) juga dapaat diserap diparu dan saluran
makanan,namun tidak berakumulasi dalam jaringan tubuh seperti golongan IHK.
Macam-macam
IFO adalah malathion ( Tolly ) Paraathion,diazinon,Basudin,Paraoxon dan
lain-lain. IFO ada 2 macam adalah IFO Murni dan golongan carbamate.Salah satu
contoh gol.carbamate adalah baygon.
B.
Patogenesis.
IFO
bekerja dengan cara menghabat ( inaktivasi
) enzim asetikolinesterase tubuh (
KhE).Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid( AKH
) dengan jalan mengikat Akh –KhE yang bersifat inaktif.Bila konsentrasi racun lebih tinggi dengan ikatan IFO- KhE
lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi
penumpukan Akh ditempat-tempat tertentu, sehingga timbul gejala gejal;a
ransangan Akh yang berlebihan ,yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik
dan SSP ( menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP )
Pada
keracunan IFO ,ikatan Ikatan IFO – KhE bersifat menetap (ireversibel )
,sedangkan keracunan carbamate ikatan
ini bersifat sementara (reversible ).Secara farmakologis efek Akh dapat dibagi 3 golongan :
1.
Muskarini,terutama pada saluran
pencernaan,kelenjar ludah dan keringat,pupil,bronkus dan jantung.
2.
Nikotinik,terutama pada
otot-otot skeletal,bola mata,lidah,kelopak mata dan otot pernafasan.
3.
SSP, menimbulkan nyeri
kepala,perubahan emosi,kejang-kejang(Konvulsi ) sampai koma.
C.
Gambaran Klinik.
Yang paling menonjol adalah kelainan
visus,hiperaktifitas kelenjar ludah,keringat
dan ggn saluran pencernaan,serta kesukaran bernafas.
Gejala ringan meliputi : Anoreksia,
nyeri kepala, rasa lemah,rasa takut, tremor pada lidah,kelopak mata,pupil
miosis.
Keracunan sedang : nausea, muntah-muntah,
kejang atau kram perut, hipersaliva, hiperhidrosis,fasikulasi otot dan
bradikardi.
Keracunan berat : diare, pupil pi- poin, reaksi cahaya
negatif ,sesak nafas, sianosis, edema paru .inkontenesia urine dan feces,
kovulsi,koma, blokade jantung akhirnya meningal.
D.
Pemeriksaan.
1.
Laboratorik.
Pengukuran
kadar KhE dengan sel darah merah dan plasma, penting untuk memastikan diagnosis
keracunan IFO akut maupun kronik (Menurun sekian % dari harga normal ).
Kercunan
akut : Ringan : 40 - 70 %
Sedang : 20
- 40 %
Berat : <
20 %
Keracunan kronik bila
kadar KhE menurun sampai 25 - 50 % setiap individu yang berhubungan dengan
insektisida ini harus segara disingkirkan dan baru diizinkan bekerja kemballi kadar
KhE telah meningkat > 75 % N
2.
Patologi Anatomi ( PA ).
Pada
keracunan acut,hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak khas.sering hanya
ditemukan edema paru,dilatsi kapiler,hiperemi paru,otak dan organ-oragan
lainnya.
E.
Penatalaksanaan.
1.
Resusitasi.
Setelah
jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan dan nadi.Infus
dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit .,nafas buatan,oksigen,hisap
lendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-obatan depresan saluran nafas,kalu
perlu respirator pada kegagalan nafas berat.Hindari pernafasan buatan dari
mulut kemulut, sebab racun organo fhosfat akan meracuni lewat mlut
penolong.Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask atau
menggunakan alat bag – valve – mask.
2.
Eliminasi.
Emesis,
merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan
pemeberian sirup ipecac 15 - 30
ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak berhasil.
Katarsis,(
intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila diduga racun telah sampai
diusus halus dan besar.
Kumbah
lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya menurun,atau pada
penderita yang tidak kooperatif.Hasil paling efektif bila kumbah lambung
dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.
Keramas
rambut dan memandikan seluruh tubuh
dengan sabun.
Emesis,katarsis
dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi kurang dari
4 – 6 jam . pada koma derajat sedang hingga berat tindakan kumbah lambung
sebaiknya dukerjakan dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon,untuk
mencegah aspirasi pnemonia.
3.
Anti dotum.
Atropin
sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat
efek akumulasi Akh pada tempat penumpukan.
a.
Mula-mula diberikan bolus
IV 1
- 2,5 mg
b.
Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 -
10 - 15
menitsamapi timbulk gejala-gejala atropinisasi ( muka merah,mulut
kering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).
c.
Kemudian interval diperpanjang
setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya
setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
d.
Pemberian SA dihentikan minimal
setelaj 2 x 24 jam. Penghentian yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect
berupa edema paru dan kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.
ASUHAN
KEPERAWATAN.
A.
Pengkajian.
Pengkajian difokusakan padfa
masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi yang mengancam
jiwa,adanya gangguan asam basa,keadaan status jantung,status kesadran.
Riwayat kesadaran : riwayat
keracunan,bahan racun yang digunakan,berapa lama diketahui setelah
keracunan,ada masalah lain sebagi pencetus keracunan dan sindroma toksis yang
ditimbulkan dan kapan terjadinya.
B.
Masalah keperawatan. Yang
mungkin timbul adalah :
·
Tidak efektifnya pola nafas
·
Resiko tinggi kekurangan cairan
tubuh.
·
Gangguan kesadaran
·
Tidak efektifnya koping
individu.
C.
Intervensi.
·
Pertolongan pertama yang
dilakukan meliputi : tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan hidup,mencegah
penyerapan dan penawar racun ( antidotum ) yan meliputi resusitasi, : Air way,
breathing, circulasi eliminasi untuk menghambat absorsi melalui pencernaaan
dengan cara kumbah lambung,emesis, ata katarsis dan kerammas rambut.
·
Berikan anti dotum sesuai advis
dokter minimal 2 x 24 jam yaitu
pemberian SA.
·
Perawatan suportif; meliputi
mempertahankan agar pasien tidak samapi
demamatau mengigil,monitor perubahan-perubahan fisik seperti perubahan nadi
yang cepat,distress pernafasan, sianosis, diaphoresis, dan tanda-tanda lain
kolaps pembuluh darah dan kemungkinan fatal atau kematian.Monitir vital sign
setiap 15 menit untuk bebrapa jam dan laporkan
perubahan segera kepada dokter.Catat tanda-tanda seperti muntah,mual,dan
nyeri abdomen serta monotor semua muntah
akan adanya darah. Observasi fese dan urine serta pertahankan cairan
intravenous sesuai pesanan dokter.
·
Jika pernafasan depresi
,berikan oksigen dan lakukan suction. Ventilator mungkin bisa diperlukan.
·
Jika keracunan sebagai uasaha
untuk mebunuh diri maka lakukan safety precautions . Konsultasi psikiatri atau
perawat psikiatri klinis. Pertimbangkan juga masalah kelainan
kepribadian,reaksi depresi,psikosis .neurosis, mental retardasi dan lain-lain.
SUMBER.
Emerton, D M ( 1989 ) Principle And Practise Of nursing ,
University of Quennsland Press, Australia.
Departemen kesehatan RI, ( 2000 ) Resusitasi jantung, paru
otak Bantuan hidup lanjut ( Advanced Life Support ) Jakarta.
La/UPF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr.Soetomo Surabaya,( 1994 ) Pedoman
Diagnosis dan Terapi, Surabaya.
Phipps , ect, ( 1999 ) Medikal
Surgical Nursing : Consept dan Clinical Pratise, Mosby Year Book, Toronto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar